Pacific Northwest Summer Roam (2025)
Summer Break 2025, kami berencana melakukan trip dari Washington lalu lanjut ke Oregon. Ini semacam summer escape kecil sebelum Fall semester 2025 mulai. Bukan Harrini kalo ga selalu mengiyakan ide seru kalau yang ada ngajak travelling.
Beberapa minggu sebelum keberangkatan, kami sudah menyiapkan semuanya termasuk rental mobil (plus child seat untuk si kecil), tiket pesawat dari Chicago ke Seattle, National Park Pass (syukurlah sudah punya, jadi hemat tiket masuk), List belanja groceries buat kebutuhan makan selama perjalanan, dan tentu saja bahan bakar yang pasti akan banyak terpakai di perjalanan panjang ini. Semua sudah dibahas bersama, dari jadwal sewa mobil sampai Airbnb di tiap kota tujuan.
18 Agustus – Urbana - Chicago
Kereta berangkat sore dari Urbana Station, stasiun kecil di selatan Illinois. Cuaca hari itu cukup bersahabat, langit cerah dan matahari bersinar. Si kecil tampak bersemangat, mungkin karena tahu akan naik “kereta besar.” Kami duduk bersebelahan di gerbong dengan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan sunset di ladang jagung Illinois yang terbentang luas.
Sesampainya di Union Station, Chicago, kita langsung bersigap menuju airport. Dengan membawa koper, dan beberapa tas, perjalanan dari Union Station ke O’Hare Airport terasa seperti mini adventure tersendiri karena harus menaiki Metro Blue Line yang sedikit menegangkan. Tapi seperti biasa, teamwork adalah kuncinya.
Kami sampai di O’Hare sekitar pukul 8 malam. Karena penerbangan baru keesokan paginya, kami memutuskan untuk tidur di bandara. Kedengarannya melelahkan, tapi surprisingly… it worked.
Kami mencari sudut yang agak sepi dekat terminal domestik, coat dan jaket jadi “kasur dadakan.” Si kecil sempat bermain sebentar di area kosong, lalu pelan-pelan mulai mengantuk. Kami membentangkan jaket, memeluknya erat, dan mencoba tidur bergantian sambil menjaga koper. Menjelang subuh, kami bangun, mencuci muka di restroom bandara, dan mencari kopi hangat dan sarapan. Si kecil sudah ceria lagi, berlarian kecil sambil bertanya, kapan kita naik pesawatnya, kok lama banget sih?
19 Agustus – Hari Pertama di Seattle
Pagi pun tiba, kami telah bersiap dengan semuanya. Tetapi jadwal pesawat kami pagi itu mengalami delay. Alhasil kami harus menunggu sejam lagi untuk terbang. Hingga pada akhirnya kami sudah berada di dalam pesawat sambil memandangi Chicago dari ketinggian.
4 Jam perjalanan dan setiba di bandara dan menjemput mobil sewaan di Seattle Airport. Dari situ, kami menjelajahi beberapa spot wajib, seperti Pike Place Market untuk rehat sembari makan siang. Suasananya selalu ramai dan penuh warna, dari penjual bunga sampai musisi jalanan.
The Pike Place Starbucks became a must-visit landmark, especially for coffee lovers visiting Seattle. It’s often packed with tourists taking photos of the sign and grabbing souvenirs like the exclusive “Pike Place” mugs and beans only sold there. In 1976, the original store moved to 1912 Pike Place, where it still stands today. This is the world’s first Starbucks storethat you can still visit. It’s instantly recognizable by its original brown logo, the twin-tailed mermaid, and the vintage wooden interior.
Lanjut menuju University of Washington (UW) dengan taman dan kampus yang dilatar belakangi Mt. Rainier (*jealous) dan maskot mereka Husky (*double jealous).
Sore harinya, kami mulai perjalanan menuju Packwood, kota kecil di kaki Gunung Rainier yang jadi basecamp dua malam ke depan. Kami menginap di Airbnb dengan suasana pegunungan yang sejuk dan tenang, benar-benar tempat ideal buat istirahat setelah hari panjang.
20 Agustus – Mount Rainier National Park (Paradise Point)
Rencana awalnya kami mau ke Paradise dulu, tapi akhirnya ditukar: hari ini Sunrise Area, besok baru Paradise. Dari pagi sudah siap dengan perlengkapan hiking dan bekal makan siang. Sepanjang jalan menuju Mt. Rainier National Park, pemandangan luar biasa dieslingi kabut tipis, sungai kecil, dan pepohonan tinggi menjulang. Rute trail yang kami pilih yaitu Skyline – Alta Vista – Panorama Point (3.9 miles), jalurnya lumayan menantang tapi pemandangannya menakjubkan.
Hari itu cuaca berawan dan Gunung Rainier tampak malu-malu bersembunyi di balik awan.
21 Agustus – Mount Rainier National Park (Sunrise Area) & Perjalanan ke Olympic National Park
Bangun pagi-pagi sekali. Setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke Sunrise Area, bagian tertinggi yang bisa diakses mobil di Gunung Rainier.
Setelah makan siang dan istirahat di Visitor Center, kami lanjut menuju Lake Crescent di Olympic National Park (sekitar 4,5 jam perjalanan). Kami menyempatkan bermain air ditengah cuaca musim panas yang masih terik.
Menjelang malam, kami tiba di Forks, kota kecil yang terkenal karena “Twilight.” Malam itu diakhiri dengan sunset di Rialto Beach, langit oranye dan suara ombak jadi latar penutup sempurna untuk hari yang panjang.
22 Agustus – Rialto Beach, Olympic National Park (Hoh Rain Forest) & Portland, Oregon
Pagi dimulai dengan sarapan ringan, lalu perjalanan menuju pesisir barat Olympic Peninsula. Rasanya seperti berpindah dunia, dari hijau lumut ke biru laut yang luas. Begitu tiba, angin asin langsung menyapa wajah, dan suara ombak yang menghantam batu besar terdengar seperti orkestra alam yang megah. Rialto Beach bukan pantai biasa. Garis pantainya dipenuhi driftwood, batang pohon raksasa yang terdampar akibat badai Samudra Pasifik. Beberapa sebesar mobil! Kayu-kayu itu terhampar acak seperti karya seni alami, menjadi tempat duduk favorit wisatawan yang ingin menikmati matahari sore.
Selanjutnya destinasi kami menuju Hoh Rain Forest. Di sana, kami berjalan santai di jalur Hall of Mosses Trail, tempat pepohonan raksasa tertutup lumut hijau menggantung seperti tirai. Hoh Rain Forest terletak di dalam Olympic National Park, Washington State, dan terbentuk dari proses glasial ribuan tahun lalu. Letaknya di antara gunung dan Samudra Pasifik membuatnya selalu diselimuti kelembapan.
Kombinasi inilah yang menciptakan ekosistem yang langka, sebuah hutan hujan di daerah beriklim sedang, bukan tropis dan salah satu terbesar di dunia, yang tersisa di Amerika Utara. Setiap tahun, kawasan ini menerima hujan lebih dari 3,5 meter, membuatnya lembap sepanjang waktu. Karena itulah lumut, pakis, dan tanaman epifit tumbuh di mana-mana: di batang pohon, di bebatuan, bahkan di akar yang tumbang.
Sekitar pukul 10:30, kami melanjutkan perjalanan panjang menuju Portland (sekitar lima jam berkendara).
Dalam perjalanan, kami berhenti sejenak di Ruby Beach, pantai berbatu yang terkenal dengan sea stacks besar menjulang di tengah ombak. Si kecil berlarian di pasir basah, sementara kami menikmati hembusan angin laut yang kuat.
Menjelang sore kami tiba di Brightwood, Mt. Hood Village, tempat Airbnb kami berada.
Suasananya tenang, rumah kayu di tengah pepohonan tinggi, udara gunung mulai terasa dingin.
23 Agustus – Multnomah Falls - Premium Outlet - Mt. Hood, Trillium Lake
Pagi-pagi kami berangkat lagi. Tujuan hari ini cukup padat tapi menyenangkan: kombinasi gunung, air terjun, dan pantai.
Setelah berbelanja kami menyusuri Columbia River dan Multnomah Falls, air terjun paling ikonik di Oregon. Aliran Columbia River ini bak urat nadi alam Pacific Northwest. Lebarnya luar biasa, mengalir tenang tapi penuh kekuatan, membentuk perbatasan alami antara dua negara bagian.
Dari jendela mobil, pemandangan sungai berpadu dengan tebing-tebing curam, hamparan hutan pinus, dan sesekali terlihat kapal barang besar melintas perlahan. Di beberapa titik, airnya berkilau keperakan, mencerminkan langit mendung khas Oregon.
Sedangkan, Multnomah Falls terbentuk sekitar 15.000 tahun lalu setelah letusan gunung berapi dan banjir besar dari zaman es menciptakan Columbia River Gorge, lembah besar tempat air terjun ini berada. Dari kejauhan, air terjun ini menjulang megah setinggi 189 meter, menjadikannya air terjun tertinggi di Oregon dan salah satu yang paling terkenal di Amerika Serikat. Begitu turun dari mobil, suara air sudah terdengar seperti bisikan yang memanggil. Jangan lupa untuk membeli tiket in advance ya,
Selanjutnya tujuan kami adalah Trillium Lake, danau yang memantulkan bayangan Mt. Hood dengan sempurna. Airnya tenang seperti kaca, dan suasananya damai sekali. Trillium Lake bukanlah danau alami, melainkan danau buatan (man-made lake) yang dibangun pada tahun 1960-anoleh U.S. Forest Service. Tujuannya untuk rekreasi dan pengendalian air di kawasan hutan sekitar Mount Hood National Forest. Bendungan kecil dibangun di sepanjang aliran Mud Creek, sehingga air tertampung membentuk danau yang kini menjadi salah satu spot wisata paling populer di Oregon.
Nama Trillium diambil dari bunga liar khas Oregon, Trillium ovatum, yang tumbuh di sekitar hutan dan mekar indah di musim semi, kelopaknya berwarna putih dengan bentuk tiga helai sempurna, simbol keseimbangan dan ketenangan alam
24 Agustus – Kembali ke Seattle
Hari terakhir. Kami bangun pagi, membereskan barang, dan mulai perjalanan kembali ke Seattle (sekitar 5 jam). Kami berhenti di tengah jalan untuk makan siang, lalu melanjutkan ke bandara.
Ada rasa melankolis karena perjalanan panjang ini akhirnya selesai. Tapi seperti biasa, yang tersisa bukan cuma tempat-tempat yang dikunjungi, melainkan momen-momen kecil di sepanjang jalan. Setelah berpisah dengan teman seperjalanan, kita bersiap untuk menuju pulang. Kembali kami harus menginap semalam di Chicago karena bus kami jadwalnya keesokan pagi. Dan saya pun harus kembali ke realita bahwa Fall semester 2025 akan segera dimulai.
Reflection:
Washington dan Oregon menawarkan sesuatu yang tak akan pernah ditemui di Illinois, gunung berselimut kabut, hutan hujan yang hidup, dan pantai berbatu tempat langit dan laut berpadu. Di sini, alam tidak hanya dilihat, tapi dirasakan. Perjalanan ini singkat, tapi meninggalkan kesan yang panjang. Mengingatkanku bahwa dunia tidak selalu datar dan tenang seperti Midwest, ada tempat di mana bumi terasa lebih liar, lebih dingin, dan juga lebih hidup.






















































Comments
Post a Comment